Cara Budidaya Kacang Hijau Hasil Optimal

Persoalan dalam pengendalian tanaman kacang hijau pada tingkat petani diantaranya ialah masih rendahnya keproduktifan hasil. Penghitungan rerata hasil pada tingkat nasional sekitaran 0,9 t/ha yang lebih rendah dari kekuatan hasilnya yang semestinya capai 1,6 t/ha serta bisa capai 2 t/ha. 


Rendahnya hasil kacang hijau pada tingkat petani diantaranya disebabkan karena praktik budidaya yang kurang maksimal. Karena itu daripada itu untuk menolong budidaya kacang hijau yang lebih bagus di butuhkan satu dasar Tehnologi Budidaya kacang Hijau.


kacang hijau
Kacang hijau


Berikut Langkah Mengoptimalkan Budidaya Kacang Hijau Supaya hasil Optimal atau Berlimpah


a. Pemakaian Varietas Unggul

Semua varietas kacang hijau yang sudah dilepaskan pas di tanam di tempat sawah. Tetapi, untuk wilayah epidemik penyakit embun tepung dan bintik daun (Cercospora) disarankan menanam varietas Sriti, Kenari, Perkutut, Murai, dan Kutilang.

Nanti diharap petani memiliki beberapa pilihan dalam memakai varietas kacang hijau yang mereka gemari.


b. Mempersiapkan media tanam

Kacang hijau bisa tumbuh kesemua tipe tanah sejauh kelembapan dan terdapatnya elemen hara yang cukup. Karena itu tempat yang hendak dipakai harus disiapkan sebagus-baiknya. Pada tempat sawah sesudah panen padi, tak perlu dilaksanakan pemrosesan tanah (tanpa olah tanah=TOT). Triknya, jerami cukup dipotong pendek atau rata dengan tanah.

Dalam pada itu, pada tempat sawah yang telah cukup lama tidak ditanam perlu dilaksanakan pemrosesan tanah secara prima. Untuk menghindar air tergenangi pada musim penghujan perlu dibikin aliran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30 cm dan jarak antara aliran maksimal 4 m (Balitkabi, 2004).

Pada wilayah epidemis hama lalat bibit dan untuk menghindar gempuran semut karena itu lebih dulu benih digabung dengan Marshal 25 ST (Carbosulfan) dengan ukuran 10-15 g/kg benih atau Fipronil dengan ukuran 5 cc/kg benih. Penanaman dilaksanakan dengan mekanisme tugal sekitar 2-3 biji/lubang dengan kedalaman 3-5 cm, selanjutnya ditutup dengan abu dapur/jerami atau tanah lembut atau pupuk kandang. Keperluan benih sekitar 15-20 kg/ha.

Jarak tanam bervariatif, yakni 40x10 cm (komunitas 300.000-400.000 tanaman/ha) pada musim penghujan atau 40x15 cm (komunitas 400.000-500.000 tanaman/ha) pada musim kemarau (Balitkabi, 2005; Hilman, et al., 2004). Balitkabi merekomendasikan jarak tanam ikuti jarak tunggul padi.

Di saat tanam, kelembapan tanah jangan terlampau tinggi karena bisa mengakibatkan biji busuk.


c. Lakukan Penyulaman

Penyulaman bisa dilaksanakan usia 7 hari (TimPrima Tani, 2006).

Biasanya petani lakukan penanaman benih kacang hijau setelah padi dengan tebar benih saat sebelum atau setelah padi dipanen. Tebar benih kacang hijau sesudah padi dipanen dilaksanakan tanpa atau dengan pembabatan jerami dan benih yang dibutuhkan sekitar 50-75 kg/ha.


d. Pemupukan

Dalam bertanam kacang hijau, petani jarang-jarang lakukan pemupukan. Langkah ini dianjurkan khususnya pada lahan-lahan yang subur. Dan pada tanah kurang subur diberi pupuk sekitar 45 kg Urea + 45- 90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha (Hilman, et al.,2004; Balitkabi, 2005).

Sunantara (2000) merekomendasikan pemberian pupuk sekitar 50 kg Urea + 60 kg SP36 + 50 kg KCl/ha. Pupuk diberi pada saat tanam secara larikan disebelah lubang tanam sejauh barisan tanaman. Bahan organik berbentuk pupuk kandang sekitar 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil pembakaran jerami sekitar 5 t/ha baik sekali diterapkan untuk tutup lubang tanam. Menurut Balitkabi (2004), langkah ini bisa tingkatkan hasil kacang hijau capai 1,5 t/ha.


e. Pemakaian Mulsa Jerami

Pemakaian mulsa jerami yang disebar pada bentangan pertanaman kacang hijau secara rata bisa kurangi se- rangan hama lalat bibit, tekan pertumbuh- an gulma, dan perlambat proses pengu- apan air tanah. Balitkabi (2005) dan Team Sempurna Tani (2006) menyarankan pemakai- an jerami dengan ukuran sekitar 5 t/ha.


f. Bersihkan Lahan dari Gulma

Penyiangan dilaksanakan bergantung dengan perkembangan gulma seharusnya pada usia 10-15 hari sesudah tanam (hst) dan 25-30 hst, dengan dikored atau memakai cangkul.

Pada wilayah yang sangat jarang tenaga kerja bisa memakai herbisida pra tumbuh non selective misalnya: Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan ukuran 1-2 l/ha yang diterapkan 3-4 hari saat sebelum tanam.


g. Lakukan Penyiraman Berkala

Kacang hijau terhitung tanaman yang tolerir pada kekurangan air, yang perlu tanah cukup kelembabannya. Tetapi, jika tanah pertanaman kacang hijau kekeringan seharusnya selekasnya diairi khususnya pada masa krisis, yakni:


saat tanam, saat berbunga (usia 25 hst), dan saat pengisian polong (usia 45-50 hst). Untuk kacang hijau yang ditanamkan di tanah memiliki tekstur enteng (berpasir), biasanya pengairan dilaksanakan 2x yakni usia 21 dan 38 hst, dan pertanaman di tanah memiliki tekstur berat (lempung), umumnya dibutuhkan pengairan cuman satu kali (Balitkabi, 2005).


Gempuran hama sebagai salah satunya factor pemicu rendahnya hasil pada tingkat petani. Berdasar laporan ada sekitar 30 tipe serangga yang sudah dijumpai sebagai hama kacang hijau dan 20 tipe dikelompokkan sebagai hama penting yang bisa turunkan kualitas tanaman kacang hijau.


Hama ini serang semua sisi tanaman kacang hijau semenjak tanaman tumbuh sampai panen. Antara hama penting kacang hijau itu ialah: lalat bibit Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, pengerek polong (Maruca testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips (Hilman, et al.,2004).


Pengaturan hama bisa dilaksanakan dengan mengaplikasikan ide Pengaturan Hama Terintegrasi (PHT). Pemakaian insekti-sida sebagai alternative paling akhir jika langkah lain tidak mangkus dalam mengontrol hama. Insektisida saran, diantaranya ialah: Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Fura- dan, atau Pegassus dengan jumlah 2-3 ml/l air dan volume semprot 500-600 l/ha.


Menurut Sunantara untuk pengaturan lalat bibit, ulat daun atau pengerek polong bisa dipakai insekti- sida: Marshal, Fastac, Decis, Matador, dan Atabron. Dan untuk mengontrol kutu dan kepik yang serang daun atau polong bisa dipakai insektisida: Decis, Basso, Kiltop, Ambush, dan Larvin. Waktu penyemprotan insektisida bergantung komunitas hama di atas lapangan.


Jika komunitas sudah capai tingkat kendalian, baru dilaksanakan penyemprotan.


Penyakit khusus tanaman kacang hijau ialah bintik daun Cercospora canescens, busuk tangkai, embun tepung Erysiphe polygoni, dan penyakit puru Elsinoe glycines. Pengaturan bisa dilaksanakan dengan penyemprotan fungisida, misalnya: Benlate, Dithane M45, Baycor, Delsene MX200, atau Daconil di awal gempuran dengan ukuran 2 g/l air. Fungisida laian yang bisa mengontrol penyakit embun tepung dan bintik daun ialah hexakonazol yang diterapkan pada usia 4 dan 6 minggu untuk penyakit embun tepung atau 4, 5, dan 6 minggu untuk penyakit bintik daun (Balitkabi, 2005).


Sementara itu penyakit embung tepung dapat dikontrol dengan memakai varietas tahan, misalnya: Sriti dan Kutilang. Menurut Anwari dan Iswanto (2004), varietas Kutilang memiliki tingkat ketahanan semakin tinggi pada penyakit embun tepung. Pemakaian varietas tahan bisa menggurangi penggunaan fungisida hingga bisa tekan ongkos produksi dan otomatis melestarikan lingkungan.


h. Cara Memanen

Usia panen barvariasi bergantung varietas yang ditanamkan. Panen dilaksanakan jika polong warna hitam atau coklat dan sudah kering dan gampang pecah. Panen bisa dilaksanakan satu, dua, atau 3x bergantung varietas yang ditanamkan.


Hasil panen langsung dijemur di atas lantai beralas terpal atau karung dengan tebal 2-3 cm, pembalikkan dilaksanakan tiap + 3 jam. Polong yang telah kering dipukul-pukul sampai kulit polong pecah (dalam karung untuk menghindar kehilangan hasil) dan pembelahan biji dari kulit polong dilaksanakan dengan nyiru, tampi, atau blower. Biji yang telah bersih dijemur kembali sampai kering taruh yakni kandungan air 8-9%. Pada umumnya tehnik produksi kacang hijau di tempat sawah sesudah padi sawah.